Date a girl who reads

Date a girl who reads

Kamis, 02 Juli 2015

[Cerpen] Untuk Kamu Yang Kucintai Sepenuh Hati, Izinkan Aku Mengkhianatimu Sekali Ini



Kita saling mencintai sudah begitu lama, dan kali ini kita membuat kesepakatan untuk saling membodohi hati. Ini berat tapi tak bisa ditawar lagi, selalu ada yang dikorbankan untuk apa yang kita inginkan. Lebih-lebih, untuk rencana kita di masa depan nanti.
            "Kita kadang saling berselisih, tapi berjanjilah takkan mengubahnya menjadi benci." Aku memohon padamu yang tak mau menatap wajahku. Kamu hanya menatap ke kejauhan, dengan tatapan tajam yang kamu takutkan akan membuatku terluka.
            "Kita harus berpisah, tapi tentu saja kamu tahu bahwa cintaku untukmu di atas segalanya." Aku meyakinkannya.
            "Lalu bagaimana dengan rencana menua bersama?" Kamu bertanya dalam nada marah yang tertahan.
            Aku terdiam memikirkan rencana yang kita susun bersama. Membangun pondok kayu di tengah hutan buatan milik kita. Pohon-pohonnya adalah anak kita yang kita beri nama yang kita suka dan dipadu nama belakangmu tentunya. Kita akan menjadikan tempat itu sebagai dunia milik kita. Setiap hari aku akan mengajakmu merayakan pagi dengan sarapan lezat yang sangat kamu sukai. Kamu akan membuat berbagai hal dengan keterampilan tanganmu mengubah kayu menjadi aneka bentuk yang berguna; kursi, meja, rak, lemari buku, segalanya.
            Di siang hari kita akan bersitirahat di tempat tidur gantung bikinanmu, di halaman belakang kita―sambil membaca juga mendengar musik yang kita suka, sesekali kita akan berdansa. Aku berjanji akan menyenangkan perutmu dengan makanan bikinanku. Aku berjanji akan mencintaimu lebih dan lebih dari waktu ke waktu. Aku berjanji akan merasakan sedih bersamamu, merasakan bosanmu dan bergembira ketika itu maumu.
            Di malam hari, kita akan bicara banyak tentang apa yang kita pikirkan tentang apa yang kita rasakan. Kita akan menikmati masa tua kita bersama. Jika aku meninggal, berjanjilah tetap setia, seperti aku setia padamu. Ingatlah aku yang selalu mencintaimu.
            "Tapi, sebelum saat itu. Marilah kita menyepakati untuk saling mengkhianati." Ada keraguan dalam kata-kataku, lidahku tak mampu mengucapkan kalimat sederhana itu dengan mudah.
            Kamu tak menjawab dan akupun tak mau mendengarnya. Jadi, kuputuskan untuk meninggalkanmu yang terluka. Kakiku nyaris tak mampu menopang tubuhku, tapi aku mencoba terus melangkah, dan kamu yang kutinggalkan tak berusaha berlari untu menyusulku. Tak apa jika kamu marah, kita sama-sama tahu sulit bagi kita untuk saling menyakiti seperti ini.
            Satu-satu hal yang kutahu, kamu memotret punggungku untuk mengabadikan kepergianku. Suara kameramu seperti salam perpisahan yang sangat menyakitkan.

***
            Aku menerimanya, sayangku. Kamera yang berisikan foto berbagai tempat di dunia yang kau potret untuk kado pernikahanku. Semuanya indah, tentu saja. Bakatmu memang luar biasa. Lihatlah! apa yang kau potretkan adalah; apa yang selalu ingin kulihat, tempat yang selalu ingin kupijak, momen yang ingin kualami. Seperti sejak hari pertama kau kirimi aku kamera ini, aku selalu melihat ulang foto-foto yang ada di sana. Tak ingin kucetak, bukan tak ingin menjadikannya abadi. Hanya saja, aku ingin pura-pura melihatnya melalui matamu yang indah.
            Itu wajahku, wajah bahagia di hari pernikahanku. Senyumku, salah satu hal yang membuatmu jatuh cinta padaku. Hanya potretku, tanpa mempelai pria yang membuatmu cemburu. Aku tahu, itu karena kamu begitu mencintaiku.
            Nama kita, namaku dan namamu di sebuah gembok merah berbentuk hati pada sebuah pagar di Albert Docks. Mana kuncinya? kau buang ke sungai Mersey, karena kamu percaya kita takkan pernah kehilangan cinta sejati.
            Senyum lebarmu yang menunjukkan rasa puas dan bangga di tangga depan Studio Abbey Road. Salah satu tempat yang ingin kudatangi, tentunya. Banyak lagu cinta yang kamu nyanyikan untukku, pertama kali terekam di sini.
            Vondelpark, dengan segar rumput hijaunya juga bunga liarnya. Tempat terbaik untuk berbaring dan membiarkan pikiran melayang. Untukku, penggemar berat chesse cake kamu memotretkan chesse cake raksasa di lobby Swissôtel Zurich. Apa benar, sepanjang jalan Zurich beraroma cinta karena 'polusi' phennylethilamine dari café-cafe cokelat melayang di udara?
            Dan aneka bianglala di tempat berbeda; Perth, Santa Monica, Yokohama. Kamu tahu aku selalu menganggap benda cantik itu sangat romantis. Sayang sekali, aku tak mungkin menerima lamaran impianku di atas benda itu. Lalu, aneka makanan pinggir jalan di Nakhon Si Thammarat adalah potret terburuk yang kamu abadikan. Kamu sengaja membuatku kelaparan dengan Kari yang terlihat sangat lezat.
            Lalu, ada tiga bayi Panda lucu dari Sichuan membuatku gemas dan inginku untuk bisa memeluk mereka. Seandainya kita bisa memiliki bayi bersama, itu sangat menggemaskan. Aku bahkan iri pada foto keluarga monyet bulu perak dari Bukit Malawati. Seandainya mudah bagi kita untuk menciptakan sebuah keluarga, sehingga kamu bahkan tak perlu ke Panama untuk bermain di sungai dengan seorang gadis cilik di Sungai San Juan de Pequeni. Sadarkah kamu ketika kamu memotret bocah Emberá itu? senyumannya serupa dengan milikku. Harus kuucapkan terima kasihku padamu untuk foto indah dari Gyeongsang Utara; seekor kumbang yang hinggap pada si cantik Sakura yang bermekaran. Itu mengingatkanku pada kita.
            Sewaktu-waktu kamu terbang dan hinggap padaku untuk melepas rindu. Padahal aku tahu betapa lucunya alasanmu―meninggalkan dia yang sekarat yang begitu mencintaimu. Kau bilang padanya, untuk menguatkan sahabatmu menghadapi pernikahannya yang seperti bencana. Kamu tahu benar alasanku yang dengan sengaja menikahi pria keparat, hanya untuk memiliki alasan kuat untuk menggugatnya dan mengajukan perceraian setelah perkawinan berat yang untungnya hanya sesaat.
            Dan sekarang, cincin di jari manis ini akan kulepaskan. Setahun sudah kita saling menipu dan membohongi mereka.
            Kamu pasti merasa bersalah ketika dia kalah melawan kankernya dan meninggalkanmu untuk selamanya. Itulah alasan kau menikahinya, karena usianya tak lama. Dan kamu dengan setia menemaninya berkeliling dunia hanya untuk membuat akhir cerita kalian terlihat indah.
***
            Hari ini setelah putusan ceraiku terkabulkan, aku tahu dengan pelukan hangatmu kamu akan menyambutku. Kita menyongsong mimpi baru yang telah kita cita-citakan sejak dulu; hidup berdua di pondok mungil dengan hutan buatan milik kita berdua. Dunia akan memandang kita dengan ramah dan bangga, karena kita adalah sepasang perempuan yang berjuang bersama untuk para penderita kanker, dan perempuan-perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.
             

2 komentar:

  1. Twisted! Nggak nyangka kalau ternyata dua2nya perempuan, haha... Jempol.

    BalasHapus