Date a girl who reads

Date a girl who reads

Selasa, 10 Januari 2017

[Review] Gempa Waktu: Membuatmu Bijaksana Dan Menggila Disaat Yang Sama



Keterangan Buku:

Judul                           : Gempa Waktu (Timequake)
Pengarang                   : Kurt Vonnegut
Penerjemah                  : T. Hermaya
Penyunting                  : Chandra Gautama
Desain Sampul            : Teguh Tri Erdyan dan Deborah Amadis Mawa
Penerbit                       : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan Kedua           : Februari 2016
Jumlah Halaman          : 250
ISBN                           : 978-979-91-1143-2

Sebuah buku bagus tak perlu Blurb atau Sinopsis jika buku ini memiliki sederet pujian seperti berikut ini:
“(Vonnegut) Seorang kartunis kata-kata, orang bijak, seorang subversif sejati! … Vonnegut membuat orang yang angkuh tampak tolol dan orang yang santun dan menyenangkan tampak sebagaimana adanya … (Gempa Waktu) adalah pemerenunganyang amat memikat tentang hubungan antara kehidupan sang penulis dengan khayalannya. Karya ini merupakan suatu berkah.”
−Valerie Sayers, New York Times Book Review

“Pertunjukkan yang menakjubkan tentang kejujuran pengarang …sup kental yang terdiri dari fakta dan khayalan … catalog perlengkapan yang disarankan oleh Vonnegut untuk mengarungi eksistensi yang penuh bahaya: humor, kejujuran, kemurahan hati, dan keberanian untuk hidup dan mengada.”
Detroit Free Press

“Paduan otobiografi, permenungan, satir … Vonnegut pada puncak kepengarangannya.”
Atlanta Journal-Constitution

“Gempa waktu adalah novel yang ditulis dan dibintangi Vonnegut … Apa yang dilakukan Vonnegut, yang orang lain tak mampu menandinginya, adalah memperlihatkan ketidakacuhannya yang luar biasa pada zaman pascamodern … Anda tentu menyukainya.”
Washington Post Book World

“Lucu, pedas… Gempa Waktu adalah bacaan yang sangat menarik, penuh dengan kebenaran yang lebih penting ketimbang yang dikisahkan. Tak ada permenungan moral yang lebih kocak.”
−Chocago Sun-Times

“Menyenangkan … menggoncangkan … menggembirakan … karya ini merupakan suatu berkah.”
−Valeri Sayers, New York Times Book Review

“Suatu campuran yang aneh antara kebijaksanaan dan kepahitan, kecerdikan dan kepasrahan, dan ejekan terhadap Alam Semesta.”
San Diego Union-Tribune

Sebuah buku bagus tak perlu review dari pembaca dan penulis review amatiran ini, jika si pembaca dan penulis review amatiran mau repot-repot menuliskan kalimat-kalimat menariknya, sebagagai berikut:


·         “Anak-anak muda Booboo tak lagi melihat faedahnya mengembangkan imajinasi, sebab yang mereka lakukan hanyalah menghidupkan saklar dan melihat segala maca sampah yang mencolok mata.” Dia berbicara tentang televisi.
·         “Adakah orang yang pernah menyadari kehidupan saat mereka menempuhnya−menit demi menit?”
·         “Tak ada yang lebih efektif merusak segala bentuk kasihketimbang mengetahui bahwa tingkah laku Anda yang dulu diteria kini menjadi menggelikan.”
·         “Bila Anda betul-betul ingin menyakiti hati orang tua Anda, dan Anda tidak memiliki keberanian untuk menjadi seorang homo, setidaknya Anda dapat terjun ke dunia seni.” Jadi ketika beberapa orang menyebut pengecut dengan sebutan homokarena ketidakberanian mereka, seharusnya mereka membaca kalimat ini. Menjadi homo perlu keberanian, bukan?
·         “Satu-satunya kejahatannya adalah membiarkan monster itu berejakulasi di saluran peranakannya. Hal yang sama terjadi pada perempuan-perempuan terbaik.” Ketika si Trout menulis tentang Eva Braun, kekasih Hitler.
·         “Saya adalah penderita depresi monopolar, keturunan orang-orang yang menderita depresi monopolar pula. Itulah sebabnya saya begitu pandai menulis.” Semua penulis adaah penderita depresi monopolar, tidakkah begitu?
·         “Ilmu pengetahuan tak pernah membahagiakan siapapun. Kebenaran situasi manusia terlampau mengerikan.”
·         “Semua perempuan gila, semua lelaki bajingan.” Perempuan mana yang tak jadi gila karena harus selalu menghadapi para bajingan?ooops!
·         “Bila masih ada jiwa yang terpenjara, saya belum bebas.”

Baiklah, walau pendapat saya tak begitu penting tapi terinspirasi dari salah satu kalimat Vonnegut saya harus mengatakan sebaris hal berikut ini:

Adakah pembaca yang pernah menyadari apa isi buku ini saat mereka membacanya –kata demi kata?” karena sesungguhnya disepanjang saya membaca, saya hanya dibuat seolah menjadi pemikir bijaksana dan sebaliknya menjadi tak waras karena tertawa semacam orang gila.

 Vonnegut berhasil membuat saya sebagai pembaca untuk merenung sekaligus terbahak-bahak. Karya yang cerdas, pedas, dan menghibur. Bacaan saya ditahun ini diawali dengan buku yang hebat!






Tidak ada komentar:

Posting Komentar