Date a girl who reads

Date a girl who reads

Jumat, 10 Februari 2017

REVIEW] Under the Blue Moon: Cewek Pemimpi, Cowok Seniman, dan Satu Malam yang Panjang dan Gila





Keterangan Buku

Judul Asli : Graffiti Moon
Penulis : Cath Crowley
Peerjemah : Ingrid Nimpoeno
Penyunting : Jia Effendie
Penyelaras Aksara : Susanti Priyandari
Perancang Sampul : Dwiannisa & Elhedz
Digitalisasi : Elliza Titin
ISBN : 139786020989730
Paperback :  312 pages
Published October 2015 by Noura Books (first published August 1st 2010)

Blurb:

Kuharap aku tidak terlambat.
Semoga aku bertemu Shadow.
Cowok misterius yang melukis dalam kegelapan. Melukis burung-burung yang terperangkap di tembok bata dan orang-orang yang tersesat di hutan hantu.
Dia membuatku jatuh cinta.
Setengah mati.

Malam ini aku harus bertemu dengannya.
Apa pun yang terjadi.



Literary AwardsNew South Wales Premier's Literary Award for Ethel Turner Prize for Young People's Literature (2011), Children's Book Council of Australia Award Nominee for Older Readers Book of the Year (2011), Prime Minister's Literary Awards for Young Adult Fiction (2011), Victorian Premier's Literary Award Nominee for Prize for Writing for Young Adults (2011), The Inky Awards Nominee for Gold Inky (2011) The Inky Awards Shortlist for Gold Inky (2011)



Review:

Tidakkah deretan penghargaannya luar biasa? Dan saya harus menyatakan bahwa setelah Looking for Alibrandi, yang saya baca di tahun 2002,saya baru merasakan kepuasaan yang sama dalam pengalaman membaca (dalam genre Young Adult lho ya) Hal terbaik dari buku ini adalah cara penulis menceritakan kisahnya.

Adalah Lucy Dervish yang terobsesi pada seni grafiti karya seseorang yang menyebut dirinya sebagai Shadow. Di malam perayaan kelulusan,bersama dua sahabat ceweknya; Jazzy dan Daisy, mereka justru menghabiskan waktu bersama sekelompok cowok 'payah'; Dylan-pacar yang ingin diputuskan Daisy, Leo-seseorang yang ditaksir Jazzy, dan Ed-cowok yang pernah dipatahkan hidungnya oleh Jazzy di kencan pertama mereka yang gagal. Yang terburuk adalah bahwa tanpa Lucy sadari, cowok yang membuatnya terobsesi justru ada di hadapannya,dan malam itu satu-satunya hal yang ingin Lucy lakukan adalah menemukan Shadow.

Bagaimana cara Ed menjelaskan bahwa Shadow yang mereka cari adalah dirinya sendiri?



Menggunakan dua sudut pandang, Lucy dan Ed yang diselipi oleh puisi Leo. Buku ini sangat artistik mendekati keren. Bahwa tokoh dengan kekurangan dalam dirinya justru sungguh terlihat nyata. Seperti Ed yang menderita disleksia yang 'bicara' melalui gambar-gambarnya yang ternyata justru menghasilkan makna yang sangat dalam. 

Remaja-remaja dalam buku ini memiliki masalah sendiri-sendiri dan pada akhirnya kadang mereka harus menyelesaikan masalahnya dengan cara yang sedikit gila, semisal merampok sebuah sekolah. Orang-orang dewasanya, kadang begitu kekanakan, kadang begitu menghangatkan. Bert dan Al adalah favorit saya, mereka seperti 'guru' yang seharusnya ditemukan oleh setiap remaja yang kebingungan. Dan, cerita orang tua Lucy yang semacam tengan menghadapi krisis pernikahan menurut saya hubungan mereka memberi pelajaran penting bagi pembaca tentang; kadang kita perlu memberi ruang untuk pasangan kita. Saya pikir saya memiliki banyak kesamaan dengan ibunya, hehehe.


Cara Crowley mendeskripsikan membuat pembaca seakan ikut melihat seni jalanan hasil karya Ed, favorit saya adalah gambar jantung yang diretakkan oleh gempa dengan kata-kata dibawahnya: 'melampaui skala Richter'. Kalimat-kalimat dalam buku ini sangat puitis tapi tidak terdengar picisan.

Nuansa artistiknya sangat berasa di buku ini; Ada Ed si seniman grafiti, ada Lucy si seniman kaca, juga Leo si penulis puisi. Penggemar Young Adult harus membaca buku ini! Tidak seperti kebanyakan novel remaja tentang para geek charming (merujuk pada tokoh-tokoh John Green, kecuali Augustus Waters-nya lho ya) ternyata cowok artistik bisa jadi tokoh terbaik, seperti dalam novel ini. Dan para penulis genre YA, jika tak menginginkan pembaca bosan, mungkin kalian harus berhenti menciptakan tokoh yang sudah pasaran. 



Yang saya tidak mengerti adalah kenapa judulnya harus diganti? saya lebih suka Graffiti Moon karena lebih mewakili  kisahnya, dan ini masalah selera sih, cover aslinya jauh lebih catchy dan simple, latar belakang hitam dengan sebotol spray paint warna kuning. Cover versi ini rasanya agak kurang pas saja buat saya.

Dan menemukan  buku ini serupa menemukan seseorang untuk dicintai.Empat bintang untuk Crowley!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar